Sabtu, 15 Januari 2011

Sebuah Kisah Tentang Pengorbanan Cinta Seorang Istri Sholehah


Wanita itu bernama Rukaiyah… wajahnya tidak begitu cantik namun basuhan air wudhu yang selalu membasahi membuat dia tampak bersahaja.Ditambah kelembutan akhlaknya yang dipelajarinya dari kisah-kisah para Radiallahu’anha membuat perilakunya lembut tetapi tidak lemah. Alqur’an dan Hadits telah menjadi pedoman mutlak baginya semenjak Ia duduk di bangku SMA dan seringmengikuti kajian-kajian tentang Islam.

Meskipun dia tidak bersekolah di sekolah yang bernotabenkan Islam namun pendiriannya terhadap agama yang di anutnya begitu kuat sehinggatidak terpengaruh dengan gaya hidup teman-temannya yang sebaya dengannya. Dia tidak berpacaran bahkan membayangkan untuk berpacaranpun tidak pernah sehingga banyak teman-teman di sekitarnya yang berkata “Wajah sudah jauh dari cantik, kalau pacar aja gak punya mana mungkin akan punya suami” namun dia tidak menghiraukan hal itu karena dia tidak meragu akan janji Allah bahwa wanita baik akan mendapatkan laki-laki yang baik dan wanita yang buruk akan mendapatkan lelaki yang buruk pula untuk itulah dia selalu berusaha menjadi wanita yang baik yang senantiasa membalutkan aturan islam dalam dirinya agar suatu ketika janji Allah itu datang padanya.

Ketika duduk di bangku kuliah dia aktif di Lembaga Da’wah Kampus (LDK) turut berpartisipasi dalam menyumbangkan tenaga dan pikiran demimenguatkan peradaban Islam di tengah kezoliman ini.

Kini usianya sudah mendekati kepala tiga namun jodoh tak datang jua. Dia telah berusaha dan menyerahkan semuanya pada Allah namun mungkin belum terkabulkan do’anya. Dia tetap sabar meskipun tetangga danteman-temannya selalu menertawainya. Bahkan kata salah seorang ibuyang minim pengetahuan agamanya. “Ini adalah akibat dari tidak membuka diri pada lelaki (Maksudnya berpacaran)” bahkan ada yang berkata wajahnya jelek tapi sok mahal. ia dapat memaklumi segala apa yang dikatakan orang-orang itu sebab dia tahu sekarang sunnah telah menjadi asing di mata mereka.

Namun apa hendak dikata, kesabarannya membuahkan hasil yang indah. Dipenghujung usianya itu datang seorang lelaki tampan dan juga sholeh.Lelaki itu bernama Dikky. Pemuda tampan dengan wajah yang berseri dan sangat menyayangi wanita. Dia adalahteman Rukaiyah ketika di LDK dahulu. Dialah pemuda yang dijanjikan Allah pada Rukaiyah karena telah yakin akan janji-Nya.

Pemuda itu menyayanginya dengan penuh ketulusan. Dia tidak pernah mau melihat airmata di pipi Rukaiyah karena dia tidak ingin melihat istrinya bersedih. Dan selalu berusahauntuk membahagiakannya. Sebagai suami dia sangat bertanggungjawab terhadap segala kebutuhan istrinya tersebut (keluarganya).

Sebagai Istri, Rukaiyah pun tahu akan kewajibannya. Dia melayani segala kebutuhan suami dengan sepenuh hati tanpa ada kata-kata resah dalam setiap lelahnya. Semua itu dilakukanolehnya semata karena cintanya pada Allah dan ketaatannya pada suami.

Rumahtangga kecil yang baru dibina mereka itu merupakan jawaban Allah dariapa yang selama ini dikeluhkan mereka disetiap penghujung malamdisaat orang-orang terlelap. Dan kini mereka berdua pun dipertemukan dalam ikatan cinta yang suci meskipun ketika di LDK dahulu mereka tidak saling memiliki rasa dan tak terbayangkan bahwa akandipertemukan Allah dalam jalinan cinta suci ini.Mereka saling menerima kekurangan masing-masing.

Ketikasang suami sedang berada dalam keterpurukandia tetap setia menemani. Dia tetap sabar menerima segala bentukkekurangan suaminya. Dia tidak pernah berharap sesuatu yang lebihdari suami karena dia sadar akan keterbatasan suaminya. Hal inilahyang membuat keluarga mereka sangat bahagia.

Namunkebahagiaan itu pun masih di uji.. Belumcukup setahun setelah pernikahan sang suami harus meninggalkannya karena akan diberangkatkan ke Palestina selama beberapa bulan oleh Organisasinya yang merupakan salah satu Gerakan Kemanusiaan bergerak di bidang kesehatan dan sosial untuk menolong saudara-saudaranya yang terzolimi haknya dan membutuhkan bantuan disana.

Rukaiyah sudah merasakan kesedihan yang teramat sangat saat mendengar suaminyaakan berangkat ke negara yang terjajah itu. Entah kenapa airmatanya terus mengalir semenjak saat itu namun diasering menyembunyikannya dari sang suami. Sampai pada suatu ketika sehari sebelum hari diamana Dikky suaminya akan berangkat. Suaminya mendapatinya sedang mengupas bawang di pagi hari saat hendak menyiapkan sarapan Nasi Goreng kesukaan sang suami yang dikala itu diketahuinya sedang shalat dhuha.

“Kenapa kamu menangis ya Ukhtie..” Tanya sang suami seusai shalatDhuha dan menemui istrinya di dapur.

Rukaiya htak dapat memungkiri bahwa sesungguhnya dia takut suaminya takkan kembali lagi ketika pergi nanti. Sang suami yang begitu menyaynginya dan tidak tega melihat airmata dipipi sang istri itu pun mengusap airmatanya lalu menegarkannya.

“Jalan da’wah telah memanggilku ya ukhtie.. sungguh, sulit untukaku meninggalkanmu namun sulit pula untuk aku tinggalkan saudara kita yang membutuhkan tenaga kita disana. Jika engkau tidak mengijinkan,aku tidak akan pergi ya ukhtie…”

Sang istri pun menundukkan wajahnya dengan airmata yang terusmengalir ia berrkata:

“Jika itu adalah bukti dari cintamu pada Allah lebih besar daripada cintamu padaku, Aku Ridho kepergianmu. Tapi entah mengapa aku hany aterus merasa sedih”

“Ya ukhtie.. Jika Allah mengijinkan aku akan kembali namun jika tidak aku kan menunggumu di Jannah-Nya nanti.”

Suaminya lalu memeluknya seraya berkata:

“Walillahi.. Ana Uhibbuki Filla ya Ukhtie..”

Besoknya ketika sang suami hendak berangkat di hantarkannya hingga ke berandarumah. Doa serta senyuman penyemangat tak lupa ia berikan pada sangsuami. Dia mencium tangan sang suami lalu suaminya pun membalas dengan sebuah kecupan tulus di keningnya..

“Aku titipkan Alqur’an sebagai teman bagimu untuk engkau bacakan di saatengkau sedang dalam kesepian. Dan Allah akan menjadi pelindungbagimu disaat engkau sedang dalam ketakutan.” Ucap sang suamiseraya berlalu meninggalkannya.. Ikhlaskan aku pergi…Assalamu’alaykum….

Diapun menjawab salam sang suami lalu menatapnya hingga jauh. Sang suamipun membalikkan badan lalu menatap istrinya yang masih berada diberanda itu. Rukaiyah pun tersenyum mengangguk memastikan pada sang suami bahwa dia benar-benar ridho sehingga tak ada lagi keraguan dihati suami untuk pergi ke medan juang.

Ketika pergi suaminya tak lupa meninggalkan uang yang Insya Allah lebih dari cukup hinga dia kembali nanti.

Hampir setiap malam Rukaiyah senantiasa menangis mengeluh pada Allah mendoa’kansuaminya yang berada nan jauh disana. Dia mampu menjaga kehormatandan harta suaminya.

Selang beberapa hari setelah suaminya pergi ia merasa selalu mual.Lalu ia pun memeriksa ke dokter dan ternyata dia posstive tengah Hamil. Berita gembira itu pun segera di kabarkan pada suaminya yangsangat di cintainya itu telekomunikasi.

Sungguh Dikky sangat bahagia mendengar berita itu. Apalagi saatistrinya berkata “Mas, aku sedang mengandung anak Mas.”

“Aku sebentar lagi akan menjadi papa Rid..” Kata Dikky pada Ridhosahabatnya yang sama-sama berada di Palestina.

Ridhopun turut memberikan senyum bahagia saat melihat pancaran kebahagiaandari wajah sahabatnya itu.

“Aku bentar lagi jadi Bapak, lalu antum kapan ya akhie??” TanyaDikky bercanda.

“Ana pasrah pada Allah Sajalah.. Untuk apa memetik kurma yang masihmelekat di tangkai, tho kalau matang juga bakalan jatuh sendiri kok.”Cakap Ridho.

“Iya, Pasrah sih pasrah.. tapi harus kudu usaha juga boy.. Tawakkal pada Allah itu bukan berarti tanpa usaha lho.. Harus usahatapi dengan batasan yang shar’i.

“Okhayya Zamilie.. sepulang dari sini nanti bakal ana usahain ngelamarsemua akhwat.” Canda Ridho.

Hariitu adalah hari yang paling bahagia bagi Dikky karena menjadi ayahadalah impiannya selama ini. Namun pada hari itu juga Ia dipanggil oleh sang Khalik ketika sebuah tembakan meleset ke dadanya saathendak menolong salah seorang warga sipil yang terjebak di sebuahbangunan. Darah pun mengalir di sekujur tubuhnya… dia masih bisa berbicara sedikit saat di bawa ke Pos Pertolongan Pertama Gawat Darurat. Air mata Ridho tak sanggup menahansaat melihat apa yang terjadi pada sahabatnya. Baru saja tadi merekatersenyum bersama dan sekarang sahabatnya tersebut seperti ini.

Ridho lalu memegang kedua tangannya lalu Dikky menyampaikan sesuatu padanya sebelum Ia menghembuskan nafas terakhirnya.

“Tolongkalau antum pulang nanti, sampaikanlah salam pada istriku bahwa aku mencintainya. Besarkanlah anakku dengan Islam. Biarkan Alqur’an danHadits mengalir menyatu dalam jiwanya agar dia takut pada Allah danmenjalankan sunnah Rosulnya. Katakan padanya kita akan bertemu disyurga nanti.”

Ridho menggangguk dengan penuh airmata. Dia tak kuasa menahankeharuan itu.

“Asyhadualla Ilaaha Illallah Wa Asyhaduanna Muhammadarrosulullah…” Berpulanglah Ia dengan tersenyum..

Segala sesuatu yang ada di bumi ini akan kembali pada Allah…

Hari itu bayangan wajah sang suami terus menghampiri Rukaiyah.. Ia tak tahu kenapa dia merasakan rindu yang teramat sangat setelah menyampaikan berita gembira pada sang suami tadi. Lalu kabar tentangkematian suaminya pun di kabarkan oleh Ridho sahabat suaminya.

Iamenangis mengikhlaskan kepergian suaminya itu. Mencoba untuk tetaptegar karna semua telah digariskan-Nya. Dia akan tetap sabar menghadapi semua ini dan benar-benar meridhoi keputusan Allah yang menimpanya tersebut. Dia yakin semua akan ada hikmahnya. Ini juga sebuah bukti bahwa cintanya pada Allah lebih besar daripada cintanya terhadap apapun meskipun sesekali sering ada rasa rindu pada suaminya. Lelaki sholeh yang dicintainya semata karena Allah.

Sungguh sulit jika ada wanita yang bisa seperti Rukaiyah.. Yang mencintai suaminya semata karena Allah. Dan kini telah menjadi Syuhada yang syahid di jalan Allah.

“Semoga kita mampu mengambil pelajaran dari kisah yang sedikit ini.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan Komentar Anda Ya!